Rabu, 23 Juli 2014

Kita, Lalu Dia



    Aku kira kamu adalah malaikat kecilku, yang diberikan Tuhan untuk menjagaku, mencintaiku. Ternyata aku salah. Itu tidak lebih baik dari yang ku kira. Membuatku merasa sakit dan terluka. Membuatku merasa seperti orang bodoh. Mengharapkan sesuatu yang takkan pernah terjadi. Membuatku bermimpi terlalu indah. Yang akhirnya aku harus terbangun dengan rasa kecewa. Karena itu hanyalah sebuah mimpi, sebuah angan, sebuah harapan kosong.

    Kemudian aku mulai berpikir. Aku mulai menyalahkan diriku sendiri. Aku mulai menyesali satu demi satu. Aku pikir ini salah. Ini memang salah. Jika aku menyesal, maka aku tidak bersyukur. Ini terlalu sulit untukku. Lebih sulit dari soal matematika di sekolah. Tapi ini bukan sekedar pelajaran biasa. Tidak bisa disamakan dengan pelajaran di sekolah. Ini adalah Kehidupan. Dimana tak seorang pun mampu menakhlukan dengan mudah.



    Ya, Kehidupan. Kali ini tentang kehidupan yang aku miliki. Kehidupan yang setiap orang menginginkan kesempurnaan. Tapi aku, tidak ingin kesempurnaan itu. Aku hanya ingin hidup secara sempurna, dengan cara yang sempurna. Bukan hidup dalam kesempurnaan. Memang rumit dijelaskan. Karena inilah hidup, bukan soal bercerita, tapi berproses.




    Lalu, dalam hidupku. Aku menemukan Kamu. Kamu yang membuatku merasa seperti orang bodoh. Memikirkanmu lebih dari diriku sendiri. Kita bertemu, saling mengenal. Menarikku lebih jauh ke dalam hidupmu. Tapi kamu tidak menyadarinya. Tidak lebih jelas melihat sinar mataku. Dan itu, menjadi sebuah kesalahan.

    Disini, Di hati ini. Ada sebuah rasa yang dalam. Aku mencoba untuk bertahan. Bertahan untuk menjadi seorang yang biasa. Dan aku, tidak lebih kuat dari yang ku bayangkan. Rasa ini menguasai diriku, bahkan otakku. Semakin lama membuatku merasa sesak, terlalu sakit. Hanya karena kamu.


    Kamu yang mengisi hati ini. Kamu yang buat hidup aku berwarna. Kamu yang buat napas ini lebih berarti. Kamu yang buat aku seperti seorang putri. Kamu yang buat senyum ini ada. Kamu yang buat air mata ini menjadi bahagia. Kamu yang buat aku mengerti. Hanya karena kamu.

    Seperti udara yang membuat aku bernapas. Seperti tanah yang membuat aku berpijak. Seperti air yang membuat aku tenang. Seperti matahari yang membuat aku terlihat. Seperti api yang membuat aku sakit. Seperti kamu yang membuat aku merasa sempurna.




    Aku menjadi lebih dari seorang putri bersamamu. Karena kamu, hati ini jadi banyak berharap. Karena kamu, aku menjadi seorang penakut. terlalu takut untuk kehilangan. Tapi kamu selalu berdiri di sampingku. Membuatku terlindungi, menggenggam erat tangan ini, menjadikan hangat kepada dingin, menjadikan terang kepada gelap. Kali ini aku tak tau, apa ini emas, atau aku terlalu bodoh mengira perunggu adalah perak.

    Perlahan langkah kakiku berjalan menelusuri hidupmu. satu tapak, tiga tapak, aku ragu. Ku putuskan untuk berhenti sejenak. Dan kamu tetap berdiri di sampingku, kembali menuntunku untuk terus berjalan bersamamu. Lima tapak, tujuh tapak, langkah kakiku semakin mantap, lebih cepat dari sebelumnya. hati ini semakin yakin. Jantung ini semakin cepat berdetak. Mataku jelas berbinar, simpulkan senyum di wajah. Aku benar bahagia.




    Sampai akhirnya, aku harus menghentikan langkah kakiku. Aku tersesat dalam gelap, di pertengahan hidupmu. Yang bisa aku lihat hanya bayanganmu yang semakin menjauh. tapi aku tidak percaya, mungkin hanya kabut. karena yang ku lihat tidak sendiri.



    Aku berlari kencang mengejar kamu. Sampai napas ini hampir habis. Sampai jantung ini sesak ingin meledak. Sampai air mata ini tak bisa berhenti keluar. Aku tetap berlari kencang mengejar kamu. Karena aku yakin, yang ku lihat bukan kamu.


    Lagi lagi langkah kakiku harus terhenti, kali ini bukan diam, tapi jatuh. Tepat jatuh di hadapanmu. Aku berusaha berdiri untuk kamu. Disisa kekuatanku, aku berhenti menangis. Begitu keras untuk tersenyum. Kupandangi lekat kedua matamu. Aku yakin kamu mengerti, karena aku tak sanggup lagi berbicara. Hati ini telah menyampaikannya padamu tanpa kurang sesuatu pun.



    Aku marah, jelas sangat marah. Hei, aku ini manusia biasa yang penuh kesalahan. Aku mengumpat dalam hati. Aku sangat menyalahkan kamu. Aku simpan sesal dalam diriku. Kamu yang selama ini aku banggakan, lebih memilih bersama Dia. Dia yang sebenarnya tau, kamu adalah mimpi indahku.


    Lalu aku kembali berjalan tertatih untuk keluar dalam hidupmu yang sesak. Sampai di satu titik cahaya terang, Aku kembali tersenyum dengan lega. karena apa?

    Karena Tuhan berbisik dalam hatiku. Tuhan menunjukkan padaku bahwa kamu bukanlah yang terbaik. Dan Tuhan akan memberikan yang lebih baik dari kamu.




    Dan seseorang berkata padaku, Laki-laki yang baik hanya untuk perempuan yang baik. Dan perempuan yang baik hanya untuk laki-laki yang baik pula.

    Jadi aku harus tetap mendekatkan diri pada Tuhan. Karena Tuhan akan malu memberikan Laki-laki yang buruk kepada wanita yang Sholehah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar