Rabu, 13 Agustus 2014

Mengeluh ?



    Kadang aku merasa sedih, bahkan sangat sedih ketika aku memikirkannya. Aku tidak tahu apa rencana Allah swt yang sesungguhnya. Aku tidak tahu bagaimana Dia menuliskan takdirku. Akan bagaimana? Akan seperti apa? Akan dengan siapa? Aku tidak tahu.

    Ya Allah, aku hanya sedih ketika aku merasa kesepian. Aku hanya sedih, ketika aku merasa tidak dipedulikan. Aku hanya sedih, ketika aku merasa diabaikan. Aku hanya sedih, ketika aku merasa ini tidak adil. Aku hanya sedih, ketika aku merasa ditinggalkan. Aku hanya sedih, ketika aku merasa dilupakan. Aku hanya sedih, ketika aku merasa apa yang aku punya diambil oleh orang lain.

    Dan aku sangat sedih, ketika aku sadar bahwa Allah swt tidak menyukai hamba-Nya yang berputus asa dan suka mengeluh seperti yang aku lakukan. Semua ini adalah Kuasa-Mu. Semua ini adalah takdir yang Engkau berikan kepadaku. Semua ini adalah jalan hidup yang harus aku lewati, untuk bisa sampai pada kebahagiaan yang Engkau selipkan dalam takdirku.

    Aku tidak ingin mengeluh. Aku hanya ingin menumpahkan segala isi di hati ini yang semakin lama kian sesak. Aku tidak cukup kuat untuk menerima semua ini sekian lama.

    Aku memang lemah. Aku memang rapuh. Aku memang tidak istimewa. Aku memang tidak beda. Aku memang tidak baik. Aku memang merepotkan. Aku memang menyusahkan.

    Bahkan aku sendiri benci, kesal, marah, menyesal, sedih dengan diriku sendiri. kenapa aku seperti ini.






Minggu, 03 Agustus 2014

Sembunyi

    Aku sudah melangkah sampai sejauh ini. Dengan kerapuhan hati yang terpaksa harus kuat. Aku tetap berdiri dengan kedua kakiku yang mungkin sebentar lagi akan jatuh. Aku harus bersabar, yang sebenarnya tidak bisa menyamai kesabaran yang dimiliki seorang Rasul. Aku harus ikhlas, yang sebenarnya aku sendiri tidak tahu. Apakah dimata-Mu ya Allah swt. aku benar benar bisa ikhlas?

    Aku bisa menahan rasa sakit raga ini, tapi terlalu sakit jiwa ini terluka. Perlahan lahan membunuh mental, mati rasa. Hati ini selalu menjerit, berteriak ingin bebas. Air mata ini selalu jatuh, tak dapat menahan pedihnya.

    Aku selalu bertanya tanpa ada jawab. Apakah aku masih sanggup melangkah? Apakah aku bisa menahan sakitnya? Apakah aku mampu ikhlas dan melupakan pedihnya? Apakah aku benar benar sendiri menghadapi semua ini?

    Aku memang sendiri. Bukan hanya di luar sana, bahkan kepedihan itu ada dalam keluarga kecilku.

    Aku harus berusaha keras mempertahankan sesuatu, menyembunyikan lukaku, agar hanya aku saja yang terluka. Agar keluargaku tidak kecewa. Agar keluargaku tidak terluka.